Judul : Matahariku Chapter 1: pertemuan yang salah Author : Kakashy Kyuuga Disclsimer : Naruto punya om Masashi ^_^ Rate : T Genre : hurt and romance. Pairing : Naruhina
Langit malam tak berbintang, suara bising dari kendaraan berlalu lalang memenuhi ruang pendengaran. Tatapan mata terfokus pada satu titik jauh di bawahnya, hembusan napas seakan habis di serap uadara malam.
Dalam pikiran seakan mati, dalam hati serasa hampa.Denyut nadi seolah tengah mendendangkan irama R n B, keringat tak habisnya membasahi kulit yang kekeringan.Iris amethyst pelahan-lahan tertutup kelopak putih seputih porselin, surai indigo panjanya melambai pada setiap titik cahaya di gedung-gedung pencakar langit. Setetes air bening jatuh dari sudut matanya, bibir tipisnya menyungingkan seulas senyum.
Perlahan kakinya melangkah ketepian atap gedung, satu langkah, dua langkah, tiga langkah.Gadis indigo itu berhenti sejenak, menarik napas dalam dan menatap langit malam yang ditaburi bintang.
“Aku tak bisa hidup seperti ini?” lirih gadis indigo itu terdengar sedih.“Mungkin ini yang terbaik untukku” lanjutnya seraya memejamkan mata dan melangkah maju hingga ke tepian atap, gadis itu berniat menjatuhkan dirinya dari gedung setinggi 20 lantai. “Hidup ini memang tidak adil, yah” mata gadis indigo itu terbelak, dia menoreh pada suara yang terdengar dari sampingnya.
Seorang pemuda bersurai pirang tengah duduk di tepian atap gedung sambil menggoyang-goyangkan kakinya, iris biru safirnya menatap langit malam.
“Si-siapa kau?”Tanya gadis indigo itu terdengar ketakutan seraya berjalan mundur menjauh dari si pemuda yang bersisian dengannya di tepian atap gedung.
“Aku? Aku tidak tahu, aku ini sebenarnya apa dan untuk apa aku hidup” jawab pemuda bersurai pirang itu sambil tertawa pelan, entah apa yang dia tertawakan.Gadis indigo itu makin tak menyukai keberadaan si pemuda, dia menatap marah padanya.
“Apa kau bermaksud menahanku untuk tidak melompat?”Tanya gadis itu menerka jalan pikiran si pemuda.
“Setiap yang hidup pasti akan mengalami mati, hanya saja kapan dan bagaimana caranya tidak ada yang tahu” suara pemuda itu terdengar berat seraya berdiri dan kemudian dia mengalihkan pandangannya dari langit ke jalan raya yang padat jauh di bawahnya.
“Aku pun tak bisa mencagahmu untuk bunuh diri, jika itu takdirmu dan jika itu adalah caramu untuk mati” ucap si pemuda seraya berbalik menghadap si gadis.
Gadis indigo itu melihat setetes air bening jatuh dari sudut mata pemuda itu membasahi pipinya menyadarkan si gadis akan tiga goresan kembar di kedua pipinya terlihat menarik di wajah berkulit tan milik si pemuda.
“Apa yang membuatmu ingin bunuh diri?” gadis indigo tersadar dari keterpakuannya akan pesona si pemuda.
“Aku-aku,____” si gadis tiba-tiba tersadar akan sesuatu. “Apa yang kau lakukan disini?Apa kau juga ingin bunuh diri?”
Si pemuda menatap iris lavender si gadis, dia melangkah pelan mendekati si gadis.Dia terdiam cukup lama mencoba mencari jawaban di dalam mata si gadis.“Mata mu terlihat hampa, jika aku mengatakan aku juga ingin mengakhiri hidup ku disini padamu.Apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan menghentikan aku? Atau kau membiarkan kita berdua terjun bersama-sama?” batin si pemuda.
Kemudian si pemuda tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya dengan background sinar matahari terbit serta bling-bling yang menyilaukan mata menemani senyum si pemuda, membuat mata si gadis sedikit silau.
Si gadis tertegun melihat senyum si pemuda yang menarik itu.
“Aku tidak ingin mengakhiri hidupku dengan cara memalukan seperti itu. Aku ingin mengahabiskan hidupku bersama orang yang aku sayangi dan menyayangiku sampai ajal datang menjemput” jawab si pemuda dengan penuh semangat apinya.
Si gadis terpaku, dia terdiam cukup lama. Matanya memerah menahan tangis, dia teringat akan perjalanan hidupnya yang suram. “Tak ada yang aku sayangi dan menyayangiku, aku hanya punya seorang kakak laki-laki.Dia tak pernah peduli padaku, bahkan keadaan ku sekarang pun dia tak peduli. Aku hanya sebatang kara di dunia ini, bagaimana aku bisa menghabiskan sisa hidupku dengan keadaan seperti ini?!” batin si gadis, air matanya tak henti-hentinya mengalir dari kelopak matanya.
“Kau pun bisa hidup dengan cara itu” lanjut si pemuda begitu menyadari keadaan si gadis yang sedikit depresi.
“Aku pun ingin seperti itu,_____” kata si gadis diantara tangisnya, di menyeka air matanya dengan kedua tangannya dan kemudian dia memeluk tubuhnya sendiri.
“Jika aku bisa, aku ingin hidup seperti itu” katanya pelan namun tersirat depresi di sana, mengingat hidupnya yang hanya dirundung duka, bahkan dia tak menemukan yang namanya cinta disana.
“Tapi aku tak bisa.Aku tak bisa hidup seperti itu!” teriak si gadis seraya berlari menuju tepian atap.
Si pemuda melihat si gadis berlari ke arahnya, iris biru safirnya terlihat kecewa melihat keputusan si gadis.Di menutup matanya dan membiarkan si gadis berlari melewatinya.
Waktu berhenti sesaat memperlihatkan si gadis melewati si pemuda.Angin berhembus menerpa wajah mereka, seakan merefleksi pikiran mereka.Waktu pun kini kembali bergulir membiarkan si gadis melewati si pemuda.
“Apa kau tak menyadari sesuatu____?” kata si pemuda sesaat si gadis berlari melewatinya.
Si gadis terperanjat setengah mati, bahkan napasnya tertahan di dadanya, mutiara amethystnya bergetar saat tangan si pemuda menahan tangannya hingga laju larinya terhenti seketika.Tangan kekar si pemuda mulai menarik tangannya dan membenamkan tubuh kurus si gadis didalam pelukannya.Dia menyandarkan kepala si gadis tepat dadanya.
“Kau tak sendiri di dunia ini,masih ada aku yang akan menyayangimu.Aku yang akan membuatmu hidup berarti” bisik si pemuda.
Si gadis masih dalam keadaan syok dengan perlakuan si pemuda, dia terlihat seperti orang linglung yang baru menemukan sesuatu yang dia cari.
“Me-mengapa?Mengapa kau melakukan ini?” suara si gadis terdengar bergetar.
“Aku tahu apa yang kau rasakan, aku bisa merasakan kesepian di matamu.Aku tidak ingin kau menghabisi hidupmu dalam kesedihan dan kesendirian, aku ingin kau menghabiskan hidupmu bersama orang yang kau sayangi dan menyayangimu” balas si pemuda pelan namun menusuk kedalam hati si gadis hingga membuat jantungnya berdetak tak karuan.
“Apa kau sedang grogi?”Tanya si pemuda terdengar tengah menggoda. “A-aku, aku____” si gadis tak mampu berkata-kata karena rasa malu telah memenuhi pikirannya. “Aku bisa tahu, kau nyaman dalam pelukanku. Iya, kan?” lagi detak jantung si gadis sepertinya tengah mengadakan party begitu mendengar kata-kata si pemuda, karena itu kini wajahnya merona.
“Kau percaya diri sekali” serga si gadis seraya melepaskan pelukan si pemuda yang sempat membuat dia merasa tenang, namun si pemuda segera menariknya lagi kedalam pelukannya.
“Teruslah begini jika itu membuat tenang” kata si pemuda, seraya mengeratkan pelukannya.
Si gadis terharu, dia tak bisa menahan airmatanya.Dia merindukan pelukan seperti ini, dia merindukan kehangatan seperti ini yang telah lama menghilang.
“Ba-bagaimana kau tahu?” dengan susah payah si gadis mencoba bertanya. “Detakan jantungmu yang memberitahuku___”
Blush!
Makin merah padam wajah si gadis, tangisnya pun kini mulai meledak.
“Hiks, hiks, hiks, arigatou____” ucap gadis itu di sela tangisnya.
“Eto____, sumimasen.Onamae wa?”Tanya si pemuda tampak ragu-ragu.
Ckiiiiittttt!
Si gadis tiba-tiba menyadari sesuatu, benar juga. Mereka baru bertemu dan mereka sudah merasa dekat sementara mereka tidak tahu nama masing-masing, bahkan mereka tak melakukan season perkenalan. Si gadis segera melepaskan pelukan si pemuda dan mengelap airmatanya dan memperbaiki raut wajah dan rambutnya yang agak acakan.
“Eto, ano____.Gomen nasai, atas kelancangan ku yang tak tahu diri ini” kata sigadis salah tingkah sambil membungkuk.
“Ahhhh___, kau tak perlu seperti itu.Aku yang telah lancang memelukmu tanpa izin dari mu” balas si pemuda tak kalah canggung.
“Maaf, aku lupa memperkenalkan diri.Namaku Hinata, Hyuga Hinata” kata Si gadis malu-malu, si pemuda balas tersenyum dan memperkenalkan dirinya.
“Namaku Naruto, Uzumaki Naruto”kata Si pemuda merona melihat si gadis aka Hinata di balut rona merah di wajahnya.
…………………………………………………….
Semenatara itu, di balik pintu beberapa orang saling tumpah tindih merebut posisi didepan pintu.
“Sasuke!Geser dikit dong!” kata pemuda bertatto taring di kedua pipinya pada pemuda berwajah emo di depannya yang tengah mengintip dari lubang kunci.
“S-Sai___, sudah belum.Punggung ku sakit!” keluh pemuda berkaca mata hitam pada pemuda berkulit putih pucat diatas pundaknya yang menintip lewat ventilasi udara. Mereka terlihat serius mengintip di sarana yang tak memungkinkan.
“Kita masih berjiwa muda, kenapa kita tidak melakukan itu sendiri?”Tanya pemuda bermodel rambut mangkok, beralis tebal dan memiliki ukuran mata 360o.
Gatsuga! Pemuda si alis tebal terhempas menembus langit-langit.
“Apa kau gila, Lee!Kita ini masih di bawah umur, mana boleh kita bisa melakukan itu!” geram pemuda bertatto taring mengepal-ngepal tangannya.
“Sudah lah Kiba, dia hanya bercanda!” sahut pemuda berambut merah dan bereyeliner, hanya dia yang tak berusaha mengintip.
“Sebenarnya apa yang mereka lakukan di atap gedung rumah sakit tengah malam begini?”Tanya si pemuda berkaca mata hitam.
“Biarkan saja mereka, biarkan naruto melakukan apa yang dia ingin lakukan” jawab pemuda emo membuat ke empat temannya tiba-tiba berubah sedih.
“Siapa sangkah, dia seperti itu____” sahut si pemuda berkulit pucat.
Tap! Tap! Tap! Suara derap langkah terdengar mendekat.
“Apa kalian sudah menemukan Naruto?” sebuah suara hampir saja menghentikan detak jantung para pemuda si tukang intip.
“Shikamaru!” ucap mereka serempak begitu tahu siapa yang menegur mereka.
“Dia tidak jadi bunuh diri” jawab si emo memasang tampang jaim, seolah dia tidak melakukan hal yang memalukan tadi.
“Syukurlah, padahal aku sudah menyiapkan beberapa strategi demi mencegahnya bunuh diri” ucap si pemuda nenas lega.“Apa kira-kira yang membuat dia hingga_____” belum sempat Shikamaru menyelesaikan pertanyaannya, seorang pemuda berambut panjang coklat, beriris amethyst datang menghampiri mereka dengan napas tersengal-sengal.
“Mana, dimana Hinata?” Tanya pemuda itu, sementara yang lain menatap bingung padanya seraya menunjuk pintu.
“Hah~, hah~, hah~, terima kasih~” balas si pemuda bermata lavender ngos-ngosan seraya menuju pintu tanpa peduli pada suara-suara gaduh di dekatnya. “Terus,aa apa yang kalian lakukan disini?” lanjutnya seraya menoreh pada sekumpulan pemuda tadi, namunyang dia dapati hanya udara kosong dan kepulan asap bekas para pemuda tadi berlarian.
“Dasar, aneh!”
……………………………………………….
Naruto dan Hinata masih canggung setelah apa terjadi diantara mereka.Mereka saling diam dengan pikiran mereka masing-masing, hanya hembusan angin yang perlahan menerpa mereka mengkikis kecanggungan di antara mereka.Naruto memberanikan diri melangkah mendekati Hinata, langkah kakinya sedikit tersa berat karena kepalanya tiba-tiba terasa berat.
“Apa kau di rawat di rumah sakit ini?” tanya Naruto.
“Iya, aku____” Hinata menghentikan kata-katanya saat dia mendengar pintu di buka dan di ikuti namanya di panggil.
“Hinata!” pemuda bermabut coklat berlari mendekati Hinata dan kemudian memeluknya.“Jangan bodoh, Hinata! Jangan lakukan itu! Aku tidak akan memaafkan diriku jika kau melakukannya. Hanya kau seorang keluarga yang aku punya” kata pemuda itu tanpa melepaskan pelukannya dari Hinata.
“Nii-san, maafkan aku”
Hinata membalas peluakan kakaknya, dan menumpahkan kesedihannya dalam pelukan yang telah lama hilang darinya.
Sebuah surat menyembul keluar dari saku celana pemuda berambut coklat panjang itu dan jatuh tertiup angin. Naruto mengambilnya dan membacanya, kemudian dia meramasnya dan membuangnya dan seterusnya dibawa angin.
“Mulai hari ini, warna kelam hidupmu akan berubah.Hinata___” kata naruto seraya pergi meninggalkan kakak beradik yang saling melepas kesedihan.
…………………………………………….
Naruto melangkah menuruni anak tangga, dia berhenti sejenak menatap atap rumah sakit dan tersenyum simpul dan kemudian melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga.
Sepanjang lorong rumah sakit terlihat sunyi, hanya ada beberapa perawat dan beberapa orang yang berlalu lalang di sepanjang lorong rumah sakit.Naruto berhenti di sebuah ruangan VIP, dia berdiri cukup lama di dpan pintu itu. Entah apa yang dia pikirkan, yang jelas dari wajahnya terlihat dia tengah galau.
Suara bising dari dalam kamar dia dirawat memberikan sedikit semangat didalam diri nya. Tangannya bergetar saat memegang ganggang pintu, dia menarik napas panjang dan memperbaiki raut wajahnya yang terlihat kesakitan dengan senyuman khasnya. Dia mulai menngeser pintu dan tiba-tiba saja jantung Naruto berhenti sejenak karena teman-temannya serentak menyerbunya dengan pelukan.
“Hei, apa ada yang salah dengan kalian?”
“Narutoooo~~~” seru mereka berjamaah, tak terkecuali Sasuke, Gaara dan Shino yang terkenal dingin.
“Teman-teman~~~” balas Naruto terharu.
Bersambung.... ~~~
Jangan Lupa Like Share Follow Twitter Dan Menjadi Member di blog ini Untuk Mengetahui Posting terbaru dari Blog ini Dengan cara menekan tombol Join This site Oke ...
0 comments:
Post a Comment