
Judul : Matahariku
Chapter 10 :
Author : Kakashy Kyuuga
Disclsimer : NNaruto punya om Masashi ^_^
Genre : hurt and romance.
Pairing : Naruhina
Hinata tercekat mendengar kata-kata Naruto, seketika dia mengangkat wajahnya dan menatap kesal pada Naruto. “Apa yang dia katakan?! Apa dia sedang bercanda?! Naruto, aku mohon. Ini tidak lah lucu!” batin Hinata.
“Jadi, Hinata. Kau jangan bersikap seolah kau yang akan pergi lebih dulu” kata Naruto seraya menatap Hinata sambil tersenyum lebar seolah apa yang dia katakan hanyalah sebuah lelucon. “Karena kematian seseorang adalah rahasia Tuhan dan bukan keputusan dokter” lanjut Naruto seraya menyentil hidung Hinata.
Hinata terpaku di perlakukan seperti itu oleh Naruto, dia kembali membuang wajahnya dari Naruto, dia malu di lihat seperti itu oleh Naruto. Lagian kata-kata Naruto ada benarnya, kematian seseorang ada tangan Tuhan bukan di tangan dokter, dokter boleh saja mengvonisnya mati, jika Tuhan belum mengijinkannya maka tak ada yang mati.
“Arigatou, Naruto. Kini aku sedikit tahu tentang takdir, takdir yang sengaja mempertemukan kita” batin Hinata merona.
Hinata tiba-tiba tercekat, bibirnya terbuka karena reaksi dari kekagetannya. Bibir kagetnya kini berubah menjadi seulas senyuman bahagia, karena Naruto merebahkan kepalanya di paha Hinata.
“Aku ingin tidur di pangkuanmu, Hinata-chan” gumam Naruto sambil menyembuyikan iris biru safirnya di balik kelopak tannya.
Hinata masih terpaku dia tak menyangka mataharinya kini berada dalam pangkuannya, dia bisa saja membelai surai kuning miliknya, dia bisa saja mengelus tiga goresan di kedua pipinya, bisa saja dia menecup bibirnya, bisa saja dia membenamkan kepalanya didalam peluknnnya.
Tapi, Hinata tak bisa-bukan-tapi dia tak berani melakukannya. Dia takut jika perasaan kagumnya pada Naruto berubah menjadi lebih dari rasa kagum.
Dia tidak ingin menanamkan perasaan cinta didalam hati mataharinya, dia tidak ingin mataharinya meredup di tahtanya. Dia tidak ingin mataharinya bersedih jika suatu saat nanti dia kehilangannya. Hinata membiarkan kepala Naruto berbaring di pangkuanya sambil menatap dan menjelajahi tiap bagian dari wajah mataharinya.
Hari mulai gelap, kini udara malam mulai menusuk. Rerumputan yang mereka duduki perlahan-lahan membasah, Hinata tak ingin membangunkan Naruto. Dia bertahan terus dengan posisi seperti itu, hingga darah segar mengalir dari hidungnya, dan kepalanya mulai terasa pening, kaki-kakinya pun mulai ngilu.
Naruto, bangunlah! Kau telah membuat Hinata tersiksa, lihatlah dia. Dia sudah tidak kuat berada di bawah di dingingnya udara malam, Naruto bangunlah!
Lihatlah Hinata, Naruto. Karena tak ingin membangunkan tidurmu dia lebih memilih melihat menahan rasa dingin yang hampir saja membekukannya, dan dia terus mengangkat kepalanya karena tidak ingin membiarkan setetes darahnya jatuh dan membangunkanmu.
Tes!
Setetes darah akhirnya jatuh mengenai pipi Naruto, merasa sesuatu yang basah jatuh mengenai wajahnya. Naruto segera membuka matanya dan menemukan Hinata telah basah dengan darah, serentak dia melompat bangun dan menggendong Hinata dalam pelukannya.
“Maafkan aku, Hinata-chan” kata Naruto melihat Hinata hampir kehilangan kesadarannya.
“Naruto-kun____” gumam Hinata sebelum dia pingsan.
“HINATA!” panggil Naruto panic.
……………………………………………….
Rerumputan yang terhampar berdansa mengikuti alunan angin malam yang bertiup pelan menghasilkan pemandangan yang menenangkan, bintang yang bertaburan seakan tersipu malu bersembunyi di balik awan, bulan pun sepertinya enggan menampakan dirinya dari balik awan. Para penghuni langit itu seolah mersa terganggu dengan sepasang pemuda pemudi yang saat ini tengah berdiam diri di hamparan rerumputan di belakang rumah sakit.
Mereka saling berdiam diri, tanpa ada yang membuka pembicaraan mereka. Entah apa yang terjadi pada mereka sampai seperti itu. =_=;
“Apa kau masih marah padaku, Sasuke?” akhirnya Sakura angkat bicara, suaranya terdengara pelan namun masih bisa di dengar dengan jelas oleh Sasuke.
“Hn”
“Apa kau masih membenci karena itu?” lagi Sakura bertanya mencoba mengusir rasa jenuh diantara mereka.
“Hn”
“Kenapa kau tak menjawab ku, Sasuke?” suara Sakura mulai agak meninggi karena pertanyaannya selalu diabaikan oleh Sasuke.
“Hn” lagi?!
“Sasuke?! Apa kau tak mendengarkan ku?”
“Berisik!”
Prang!
Sakura pundung di lubang cacing begitu mendapat perlakuan seperti itu oleh Sasuke.
“Kau masih tetap sama berisik seperti dulu, aku kira setelah berpisah kau akan berubah” ucap Sasuke terdengar mengeluh dengan keberisakan Sakura.
“Itu karena kau terlalu lama mendiamiku!” protes Sakura tak terima.
“Apa kau tak bisa diam sebentar!” lagi suara Sasuke seketika memakukan sakura, dia tak bisa membalas Sasuke setelah suaranya meninggi.
Wajah Sakura berubah sedih, dia merasa tak berguna berada di sisi Sasuke. Karena setiap dia berada di sisinya, dia selalu dianggap sebagai penganggu.
Duh, malangnya Sakura. Kenapa dia bisa jatuh cinta pada orang seperti Sasuke itu?!
Dret!
“Hmmphh!” suara Sakura tertahan di dalam mulutnya saat Sasuke tiba-tiba menariknya kedalam pelukannya.
“Bisa kau diam sebentar, aku sangat merindukanmu. Saat ini aku tak ingin mendengar ocehanmu, jadi tetaplah seperti ini untuk sementara” kata Sasuke seraya mengeratkan pelukannya.
“Sa, Sasuke____” sungguh, Sakura tak mampu berkata-kata. dia meremas baju Sasuke sebagai pelampiasan rasa kesalnya karena telah membuat pikirannya kacau.
“Terima kasih karena kau masih menungguku”
“Kata siapa aku menunggumu?”
“Karena sampai sekarang kau tak bersama dengan Sasori ataupun Deidara”
Sakura kaget mendengar dua nama itu, dia melepaskan pelukan Sasuke. “Itu karena aku tak menyintai mereka” balas Sakura cemberut.
“Aku tahu________” Sasuke menghenatikan kata-katanya saat dia mendengar suara teriakan tak jauh dari tempat mereka.
“Ada apa Sasuke?” tanya Sakura saat dia melihat Sasuke menegang.
“Sepertinya aku mendengar suara Naruto” kata Sasuke ragu dengan apa yang dia katakan.
“Naruto? Dimana dia?” tanya Sakura dengan semangatnya.
“Tapi itu tidak mungkin, karena saat dia sedang berada di ru_____” Sasuke segera menghentikan kata-katanya begitu tersadar dengan apa yang akan dia katakan.
“HINATA!”
Suara itu terdengar kembali, tapi kali mereka benar-benar mendengarnya dengan jelas.
“Hinata?!”
“Naruto?!”
“Mereka?!” begitu menyadari apa yang terjadi tanpa menunggu lama lagi serentak mereka berlari ke arah suara Naruto terdengar.
Betapa terkejutnya Sakura saat dia melihat Hinata di penuhi darah dari hidungnya, semantara Naruto gemetaran ketakutan memeluk Hinata.
“Naruto, apa yang terjadi? Kenapa kau bisa berada disini?!” tanya Sasuke tak habis pikir bagaimana bisa Naruto berada di sini.
“Sa, Sasuke. To, tolong selamatkan Hinata” dengan terbata-bata Naruto meminta Sasuke menyelamatkan Hinata.
“Sakura!”
Sakura segera tersadar dari syoknya saat Sasuke memanggilnya.
“Panggil bantuan, CEPAT!”
“Sasuke, kenapa kau panic begini? Hinata hanya kecapean” tanya Sakura tak habis pikir kenapa Sasuke begitu panic.
“Ini bukan hanya masalah Hinata, ini juga karena Naruto!” jawab Sasuke memelan.
“Naruto?”
“Iya, cepatlah, Sakura” pinta Sasuke.
Setelah memanggil bantuan Sakura mengambil Hinata yang telah pingsan dari pelukan Naruto.
“Naruto, biar ku lakukan pertolongan pertama untuk Hinata” kata Sakura saat akan melepaskan Hinata dari pelukan Naruto.
“Kau mau apakan Hinata?!” kata Naruto tiba-tiba menahan tangan Sakura.
Sakura kembali terkejut saat dia melihat wajah Naruto yang memucat apalagi tangannya terasa dingin.
“Naruto____” Sakura tak sanggup berkata diantara rasa keterkejutannya.
“Uhuk! Uhuk!”
Apa lagi ini?! apa yang sebenarnya terjadi?!
“Naruto!” teriak Sasuke panic saat Naruto batuk dan mengeluarkan darah.
“Na, Naruto?!” sungguh, belum selesai rasa terkejutannya kini muncul lagi hal yang mengejutkan lainnya.
“Naruto batuk darah?” inner Sakura tak habis pikir dengan apa yang dia lihat. Dia menatap Sasuke yang saat ini tengah menangani Naruto yang makin melemas dan masih mengeluarkan darah dari mulutnya.
Seperti mengetahui maksud tatapan Sakura, Sasuke menundukan wajahnya dari Sakura yang terus bertanya-tanya melalui tatapannya.
Chapter 10 :
Author : Kakashy Kyuuga
Disclsimer : NNaruto punya om Masashi ^_^
Genre : hurt and romance.
Pairing : Naruhina
Hinata tercekat mendengar kata-kata Naruto, seketika dia mengangkat wajahnya dan menatap kesal pada Naruto. “Apa yang dia katakan?! Apa dia sedang bercanda?! Naruto, aku mohon. Ini tidak lah lucu!” batin Hinata.
“Jadi, Hinata. Kau jangan bersikap seolah kau yang akan pergi lebih dulu” kata Naruto seraya menatap Hinata sambil tersenyum lebar seolah apa yang dia katakan hanyalah sebuah lelucon. “Karena kematian seseorang adalah rahasia Tuhan dan bukan keputusan dokter” lanjut Naruto seraya menyentil hidung Hinata.
Hinata terpaku di perlakukan seperti itu oleh Naruto, dia kembali membuang wajahnya dari Naruto, dia malu di lihat seperti itu oleh Naruto. Lagian kata-kata Naruto ada benarnya, kematian seseorang ada tangan Tuhan bukan di tangan dokter, dokter boleh saja mengvonisnya mati, jika Tuhan belum mengijinkannya maka tak ada yang mati.
“Arigatou, Naruto. Kini aku sedikit tahu tentang takdir, takdir yang sengaja mempertemukan kita” batin Hinata merona.
Hinata tiba-tiba tercekat, bibirnya terbuka karena reaksi dari kekagetannya. Bibir kagetnya kini berubah menjadi seulas senyuman bahagia, karena Naruto merebahkan kepalanya di paha Hinata.
“Aku ingin tidur di pangkuanmu, Hinata-chan” gumam Naruto sambil menyembuyikan iris biru safirnya di balik kelopak tannya.
Hinata masih terpaku dia tak menyangka mataharinya kini berada dalam pangkuannya, dia bisa saja membelai surai kuning miliknya, dia bisa saja mengelus tiga goresan di kedua pipinya, bisa saja dia menecup bibirnya, bisa saja dia membenamkan kepalanya didalam peluknnnya.
Tapi, Hinata tak bisa-bukan-tapi dia tak berani melakukannya. Dia takut jika perasaan kagumnya pada Naruto berubah menjadi lebih dari rasa kagum.
Dia tidak ingin menanamkan perasaan cinta didalam hati mataharinya, dia tidak ingin mataharinya meredup di tahtanya. Dia tidak ingin mataharinya bersedih jika suatu saat nanti dia kehilangannya. Hinata membiarkan kepala Naruto berbaring di pangkuanya sambil menatap dan menjelajahi tiap bagian dari wajah mataharinya.
Hari mulai gelap, kini udara malam mulai menusuk. Rerumputan yang mereka duduki perlahan-lahan membasah, Hinata tak ingin membangunkan Naruto. Dia bertahan terus dengan posisi seperti itu, hingga darah segar mengalir dari hidungnya, dan kepalanya mulai terasa pening, kaki-kakinya pun mulai ngilu.
Naruto, bangunlah! Kau telah membuat Hinata tersiksa, lihatlah dia. Dia sudah tidak kuat berada di bawah di dingingnya udara malam, Naruto bangunlah!
Lihatlah Hinata, Naruto. Karena tak ingin membangunkan tidurmu dia lebih memilih melihat menahan rasa dingin yang hampir saja membekukannya, dan dia terus mengangkat kepalanya karena tidak ingin membiarkan setetes darahnya jatuh dan membangunkanmu.
Tes!
Setetes darah akhirnya jatuh mengenai pipi Naruto, merasa sesuatu yang basah jatuh mengenai wajahnya. Naruto segera membuka matanya dan menemukan Hinata telah basah dengan darah, serentak dia melompat bangun dan menggendong Hinata dalam pelukannya.
“Maafkan aku, Hinata-chan” kata Naruto melihat Hinata hampir kehilangan kesadarannya.
“Naruto-kun____” gumam Hinata sebelum dia pingsan.
“HINATA!” panggil Naruto panic.
……………………………………………….
Rerumputan yang terhampar berdansa mengikuti alunan angin malam yang bertiup pelan menghasilkan pemandangan yang menenangkan, bintang yang bertaburan seakan tersipu malu bersembunyi di balik awan, bulan pun sepertinya enggan menampakan dirinya dari balik awan. Para penghuni langit itu seolah mersa terganggu dengan sepasang pemuda pemudi yang saat ini tengah berdiam diri di hamparan rerumputan di belakang rumah sakit.
Mereka saling berdiam diri, tanpa ada yang membuka pembicaraan mereka. Entah apa yang terjadi pada mereka sampai seperti itu. =_=;
“Apa kau masih marah padaku, Sasuke?” akhirnya Sakura angkat bicara, suaranya terdengara pelan namun masih bisa di dengar dengan jelas oleh Sasuke.
“Hn”
“Apa kau masih membenci karena itu?” lagi Sakura bertanya mencoba mengusir rasa jenuh diantara mereka.
“Hn”
“Kenapa kau tak menjawab ku, Sasuke?” suara Sakura mulai agak meninggi karena pertanyaannya selalu diabaikan oleh Sasuke.
“Hn” lagi?!
“Sasuke?! Apa kau tak mendengarkan ku?”
“Berisik!”
Prang!
Sakura pundung di lubang cacing begitu mendapat perlakuan seperti itu oleh Sasuke.
“Kau masih tetap sama berisik seperti dulu, aku kira setelah berpisah kau akan berubah” ucap Sasuke terdengar mengeluh dengan keberisakan Sakura.
“Itu karena kau terlalu lama mendiamiku!” protes Sakura tak terima.
“Apa kau tak bisa diam sebentar!” lagi suara Sasuke seketika memakukan sakura, dia tak bisa membalas Sasuke setelah suaranya meninggi.
Wajah Sakura berubah sedih, dia merasa tak berguna berada di sisi Sasuke. Karena setiap dia berada di sisinya, dia selalu dianggap sebagai penganggu.
Duh, malangnya Sakura. Kenapa dia bisa jatuh cinta pada orang seperti Sasuke itu?!
Dret!
“Hmmphh!” suara Sakura tertahan di dalam mulutnya saat Sasuke tiba-tiba menariknya kedalam pelukannya.
“Bisa kau diam sebentar, aku sangat merindukanmu. Saat ini aku tak ingin mendengar ocehanmu, jadi tetaplah seperti ini untuk sementara” kata Sasuke seraya mengeratkan pelukannya.
“Sa, Sasuke____” sungguh, Sakura tak mampu berkata-kata. dia meremas baju Sasuke sebagai pelampiasan rasa kesalnya karena telah membuat pikirannya kacau.
“Terima kasih karena kau masih menungguku”
“Kata siapa aku menunggumu?”
“Karena sampai sekarang kau tak bersama dengan Sasori ataupun Deidara”
Sakura kaget mendengar dua nama itu, dia melepaskan pelukan Sasuke. “Itu karena aku tak menyintai mereka” balas Sakura cemberut.
“Aku tahu________” Sasuke menghenatikan kata-katanya saat dia mendengar suara teriakan tak jauh dari tempat mereka.
“Ada apa Sasuke?” tanya Sakura saat dia melihat Sasuke menegang.
“Sepertinya aku mendengar suara Naruto” kata Sasuke ragu dengan apa yang dia katakan.
“Naruto? Dimana dia?” tanya Sakura dengan semangatnya.
“Tapi itu tidak mungkin, karena saat dia sedang berada di ru_____” Sasuke segera menghentikan kata-katanya begitu tersadar dengan apa yang akan dia katakan.
“HINATA!”
Suara itu terdengar kembali, tapi kali mereka benar-benar mendengarnya dengan jelas.
“Hinata?!”
“Naruto?!”
“Mereka?!” begitu menyadari apa yang terjadi tanpa menunggu lama lagi serentak mereka berlari ke arah suara Naruto terdengar.
Betapa terkejutnya Sakura saat dia melihat Hinata di penuhi darah dari hidungnya, semantara Naruto gemetaran ketakutan memeluk Hinata.
“Naruto, apa yang terjadi? Kenapa kau bisa berada disini?!” tanya Sasuke tak habis pikir bagaimana bisa Naruto berada di sini.
“Sa, Sasuke. To, tolong selamatkan Hinata” dengan terbata-bata Naruto meminta Sasuke menyelamatkan Hinata.
“Sakura!”
Sakura segera tersadar dari syoknya saat Sasuke memanggilnya.
“Panggil bantuan, CEPAT!”
“Sasuke, kenapa kau panic begini? Hinata hanya kecapean” tanya Sakura tak habis pikir kenapa Sasuke begitu panic.
“Ini bukan hanya masalah Hinata, ini juga karena Naruto!” jawab Sasuke memelan.
“Naruto?”
“Iya, cepatlah, Sakura” pinta Sasuke.
Setelah memanggil bantuan Sakura mengambil Hinata yang telah pingsan dari pelukan Naruto.
“Naruto, biar ku lakukan pertolongan pertama untuk Hinata” kata Sakura saat akan melepaskan Hinata dari pelukan Naruto.
“Kau mau apakan Hinata?!” kata Naruto tiba-tiba menahan tangan Sakura.
Sakura kembali terkejut saat dia melihat wajah Naruto yang memucat apalagi tangannya terasa dingin.
“Naruto____” Sakura tak sanggup berkata diantara rasa keterkejutannya.
“Uhuk! Uhuk!”
Apa lagi ini?! apa yang sebenarnya terjadi?!
“Naruto!” teriak Sasuke panic saat Naruto batuk dan mengeluarkan darah.
“Na, Naruto?!” sungguh, belum selesai rasa terkejutannya kini muncul lagi hal yang mengejutkan lainnya.
“Naruto batuk darah?” inner Sakura tak habis pikir dengan apa yang dia lihat. Dia menatap Sasuke yang saat ini tengah menangani Naruto yang makin melemas dan masih mengeluarkan darah dari mulutnya.
Seperti mengetahui maksud tatapan Sakura, Sasuke menundukan wajahnya dari Sakura yang terus bertanya-tanya melalui tatapannya.
Jangan Lupa Like Share Follow Twitter Dan Menjadi Member di blog ini Untuk Mengetahui Posting terbaru dari Blog ini Dengan cara menekan tombol Join This site Oke ...
0 comments:
Post a Comment