Sunday, July 21, 2013

Fanfict Low my imagination Chapter 14

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNdaygKY72ZJQPvGfEyhK_Nqz6vP2Rfe94UrLluasZJgrVp5hYITPpYwH6FA-0EiV_0WefGjbIuCpPiDdsUBv-hZNYvsQoYatlxihBbaM2K7H1sETnVkdjXZK6YcxNQZdHIeFNcsmIM2DY/s1600/Matahari+ku.jpg 
Judul : Matahariku
Chapter 14 :
Author : Kakashy Kyuuga
Disclsimer : Naruto punya om Masashi ^_^
Genre : hurt and romance.
Pairing : Naruhina

Satu minggu telah berlalu, hari ini genap seminggu kematian Neji. Dan hari ini seminggu sudah Naruto menemani Hinata di ruangannya, sudah seminggu sejak kematian Neji kondisi Hinata menurun. Hal itu membuat sakura dan Naruto semakin sedih.

Wajah pucat Hinata tersenyum paksa melihat Naruto termenung, tubuhnya yang makin kurus terbaring lemas di ranjangnya.

“Kenapa terlihat suram, Naruto-kun?” suara Hinata terdengar pelan di telinga Naruto.

Naruto menutup wajah pucatnya dengan kedua tangannya, “Kenapa kau berbohong padaku?” kata naruto tanpa melepaskan tangannya dari wajahnya.
“Aku tidak ingin merepotkanmu lagi,_____”

“Aku tak merasa direpotkan oleh mu, itu adalah janjiku!” serentak Naruto melepaskan tangannya dari wajahnya dan menatap intens pada Hinata.
“Kau telah memenuhi janjimu padaku, hidupku kini lebih berarti dengan kehadiranmu dalam hidupku”.

“Tidak, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri!” kata Naruto seraya meramas tangan kurus Hinata.
“Naruto-kun, apa kau juga suatu saat nanti akan meninggalkan aku seperti Neji nii-san” suara Hinata terdengar sedih.

Naruto terdiam mendengar pertanyaan Hinata. Memang pertanyaan itu terdengar bodah, tapi pertanyaan itu mampu menusuk hingga kejantungnya. “Istirahatlah, Hinata. Aku akan menjagamu disini, bersamamu” kata Naruto seraya mengusap rambut Hinata mencoba mengalihkan pertanyaan Hinata yang dia sadari tak akan mampu menjawabnya.

Hinata tersenyum bahagia melihat senyum mentari naruto kembali menghiasi wajahnya. Dia tahu, kenapa naruto mengabaikan pertanyaannya. Itu karena dia tidak bisa menjawab pertanyaannya. Perlahan-lahan Hinata mulai mengantuk akibat dari reaksi obat, samar-samar dia melihat wajah Naruto memudar.
……………………………………………………………………………………….

“Sebaiknya kau juga istirahat, Naruto” kata Sakura begitu melihat Hinata tertidur.
“Aku tidak ingin meninggalkan Hinata sendirian” kata Naruto bersikeras tak ingin meninggalkan Hinata sendirian.

“Naruto____”

“Aku tak bisa meninggalkannya, aku takut. Karena aku tak bisa menjawab pertanyannya, bagaimana jika saat aku pergi dan saat itu juga aku mati?” Sakura terpaku mendengar kata-kata Naruto, dia tak menyangka Naruto akan berpikir sampai di situ.

“Aku tidak tahu aku akan mati kapan dan dimana, jika aku akan mati, aku ingin mati disini. Aku ingin mati disamping Hinata, aku ingin dia tahu jika aku tidak pernah meninggalkan dia sendiri, bahkan jika aku telah mati” ucap naruto bergetar karena menahan sesak didadanya.

“Naruto, jika kau berpikir seperti itu kau akan menyiksa Hinata”
Naruto tersenyum kecut, dia meramas tangan Hinata yang tak sadarkan diri.
“Impiannya adalah saat dia menghembuskan napas selalu bersama ku, bagaimana jika saat aku pergi dia menghembuskan napas terakhirnya dan aku tak ada bersamanya?”

“Naruto! Cukup! Kau berbicara seolah kalian berdua akan mati sekarang!” bentak Sakura yang mulai gerah dengan sikap pesimis naruto.

“Sakura, aku hanya takut_____” kata-kata Naruto terpotong karena jantungnya tiba-tiba terasa sakit. “Aku takut tak bisa memenuhi impiannya” lanjut Naruto.
“Aku hanya tak ingin saat dia pergi tak ada aku disampingnya, karena_____” kata-kata naruto tertahan lagi karena jantungnya makin berdenyut dan semakin terasa nyeri, tangannya mulai bergerak spontan meramas dadanya.

“Karena ini adalah impiannya” lanjut Naruto mencoba menahan rasa nyeri di jantungnya.

“Naruto!” teriak Sakura panic melihat Naruto meringgis kesakitan.

“Akh!” rintih naruto kesakitan, rasa sakitnya makin tak tertahankan. Naruto berusaha menahan rasa sakt di jantungnya hingga dia terjatuh dari kursi dan berbaring di atas lantai sambil memeluk tubuhnya.
“Naruto!” teriak Sakura makin panic seraya menekan tombol emergenci memanggil pertolongan.

Sasuke dan Gaara duduk saling berhadapan diantara Naruto yang terbaring koma di tengah-tengah mereka, sementara Sai dan Shino duduk membaca majalah di sofa, sedangkan Lee dan Kiba bermain catur
‪#‎padahalmereka gak tahu bagaimana caranya bermain catur#.

Suara pintu di buka mengalihkan perhatian mereka dari kegiatan mereka, Shikamaru melangkah mendekati teman-temannya yang sudah lama menunggunya. Kiba dan Lee meninggalkan permaninan mereka dan bergabung dengan sai dan Shino di sofa.

“Apa yang dikatakan dokter Tsunade?” Tanya Kiba begitu Shikamaru mengambil tempat di sofa dan menyandarkan punggung dan menutup matanya.

“Hm, ______” Shikamaru tampak sedang berpikir, membuat yang lain menahan napas menunggu jawaban Shikamaru.

“Hm_______” lagi, kali ini Shikamaru menutup matanya. Sepertinya dia merasa berat untuk menceritakannya.
“Hm_______” semua yang di ruangan mulai kesemutan setelah hampir setengah jam menunggu cerita Shikamaru, mereka salaing pandang membagi keheranan.
“Woi, Shika! Apa yang dikatakan dokter tsunde!” suara Kiba memecah di anata kekhsuyuan mereka menunggu jawaban Shikamaru.

“APA YANG TERJADI PADA NARUTO?!” Shikamaru terhentak begitu suara Kiba menyapa pendengarannya, sementara yang lain kaget setengah mati.

“JADI. SEDARI TADI KAU TIDUR RUPANYA!” teriak Kiba tak terima karena selama 30 menit dia diabaikan dan dibiarkan menunggu sementara Shikamaru keasyikan tidur sambil duduk.

“Tahan dirimu, Kiba. Kita sekarang berada di rumah sakit” kata Lee seraya menahan Kiba yang sudah siap dengan segel tangan gatsuganya!

“Oh, aku ketiduran rupanya. Huuuaaammm____! Semalam aku tak bisa tidur karena menjaga Naruto” cerita Shikamaru sambil menguap.

“Shika! Jangan membuat kami menunggu terlalu lama!” suara Gaara memakukan Shikamaru.

“Sebaiknya kau ceritakan pada kami” tambah Sasuke setengah dongkol karena merasa tak dianggap oleh Shikamru.

“Baiklah, saat aku ke ruangan dokter Tsunade. Dia mengatakan jantung Naruto makin parah dan secepatnya kita harus mencari jantung pengganti untuk Naruto, jika tidak dia tak punya kesempatan untuk hidup lebih lama” Shikamaru menghentikan ceritanya.

Yang lain mendengar dengan seksama, sampai-sampai nyamuk pun ikut diam untuk mendegarkan cerita Shikamaru.

“Apa maksudmu, Naruto tak punya kesempatan?” Tanya Gaara menyimpulkan cerita Shikamaru.

“Seperti itu, sekiranya____”

“Jika dia tak mendapatkan jantung pengganti itu artinya_____” Shino menahan kata-katanya dan melihat Naruto yang saat ini tak sadarkan diri.

“Naruto~~~” Lee tak mampu menahan airmatanya begitu memahami maksud cerita Shikamaru.

“Apa yang kalian pikirkan? Naruto itu baik-baik saja, penyakit sialan yang menyerangnya tak ada apa-apanya bagi naruto. Jangan kalian pikir Naruto akan mati begitu saja!” hanya Kiba yang terlihat tak sepaham dengan yang lainnya.
“Narutooo~~~~” isak Lee gaje sambil memeluk Kiba, semnetara Kiba gerah di peluk Lee. Dia selalu berusaha melepaskan tangan Lee darinya.

“Menjauhlah! Naruto belum mati! Jangan kau tangisi dia seperti itu!” bentak Kiba.

“Kiba benar, Lee. Jangan kau menangis seperti itu” tambah Shikamaru disela rasa kantuknya.

“Ta~~pi, aku-aku____”

“Berani kau menangis seperti itu lagi akan ku bunuh kau!” suara Gaara terdengar menggema di gendang telinga Lee.

………………………………………………………….
Semetara itu, di ruangan Hinata dirawat.

Hinata menatap sedih pada langit-langit kamarnya, dalam hatinya bertanya-tanya kenapa Naruto tak datang menemuinya? Apa saat ini penyakitnya tengah kambuh hingga membuat dia tak bisa menjenguknya?

Tak terasa waktu terus berlalu meninggalkan kesepian di hati mereka yang memedam rindu, meninggalkan sejuta pertanyaan “kenapa” di dalam benak.
Hinata makin terlihat memucat, dan melemah. Bahkan untuk bernapas pun baginya terasa sulit, seperti sebelah paru-parunya menghilang.

Tubuh ringkih Hinata hanya berbaring pasrah menuggu sang shinigami datang dengan seringai girangnya menodongkan sabitnya ke dada Hinata.

Mata bening Hinata mulai berair, mengenang hidupnya yang hampa. Tanpa ada orang-orang terkasih disisinya, tanpa bisa menikmati hidup layaknya yang lain.
Bahkan di akhir hidupnya yang tak pasti pun dia tak bisa memenuhi impiannya, menghabiskan sisa hidupnya bersama orang yang dia sayangi.

Naruto, dimana kau? Kemana kau pergi? Kenapa kau pergi begitu lama dan tak ada kabar sama sekali? Apakah kau juga pergi meninggalkan Hinata seperti keluarganya?

“Naruto, terimakasih karena kehadiranmu memberikan sedikit warna-tidak-sangat banyak warna didalam hidupku. Jika aku harus pgi tanpa mlihatmu, aku rela. Aku bisa menerimanya dan aku tak akan menyesali hidupku yang tak berarti ini karena kehadiranmu” bisik Hinata pelan, bisiknya mengungkapkan perasaannya.

“Aku berharap, di kehidupan berikutnya kita dipertemukan kembali dalam suasana yang lebih baik dan lebih dekat dari sekarang____” hinata menghentikan kata-katanya karena napasnya terasa sesak.

“Aku berharap, di kehidupan berikutnya aku bisa memelukmu lebih lama. Aku bisa memegang tanganmu lebih lama dan berjalan bersisian dengan mu menikmati malam yang indah berdua, yah hanya kita berdua” Hinata tersenyum kecut mengungkapkan impiannya yang tertunda atau bahkan impian konyolnya.
“Apa salahku hingga kita di takdirkan dalam garis kehidupan seperti ini?
Naruto, jika aku di izinkan untuk menemuimu sebelum aku menghembuskan napas terakhirku, aku ingin mengatakan perasaanku yang sebenarnya padamu” suara Hinata terdengar mulai bergetar.

“Naruto, apakah salah jika aku mencintaimu?” Tanya Hinata pada dirinya, mengingat kisahnya cintanya yang tak berakhir dengan happy ending.

Angin berhembus pelan, detik jarum jam mengalun pelan, meninggalkan kesepian yang membekukan didalam hati Hinata karena pertanyaannya hanya di telan udara didalam kamarnya.

Sementara itu, Naruto masih dalam keadaan tak sadarkan diri, dia masih terrbaring lemah diatas ranjangnya.

Naruto, tak kah kau dengar pertanyaan Hinata?
Tidakkah kau ingin menjawab pertnyaan Hinata?
Bangunlah, dan buatlah impian terakhirnya menjadi kenyataan. Dia ingin menghabiskan sisa hidupnya bersamamu, bukan kah impian itu kau yang kau ajarkan padanya?

Sekarang, bangun dan bertanggung jawablah!

  Bersambung.....~

Jangan Lupa Like Share Follow Twitter Dan Menjadi Member di blog ini Untuk Mengetahui Posting terbaru dari Blog ini Dengan cara menekan tombol Join This site Oke ...

0 comments:

Post a Comment