Judul : Matahariku
Chapter 6 : Rahasia
Author : Kakashy Kyuuga
Disclsimer : Naruto punya om Masashi ^_^
Rate : T
Genre : hurt and romance.
Pairing : Naruhina
Tok! Tok! Tok!
Lagi, Hinata menghentikan kegiatan membacanya. Kali ini dia mulai merasa terganggu dengan suara ketukan itu, siapa lagi yang mengetuk pintu kamarnya, semoga saja dia tidak datang membaw berita yang tak menyenangkan lagi.
Dreeeetttt!
Apa! belum di persilahkan masuk kenapa orang itu malah main masuk saja!
“Hinata, apa kau di dalam?”
Eh, tunggu. Suara itu. “Naruto?”
“Ah, rupanya kau ada di dalam” kata pemilik surai pirang acakan seraya masuk dan langsung duduk di dekat Hinata.
“Tadi Sasuke mencarimu” kata Hinata begitu Naruto mengambil tempat di dekatnya.
“Oh, itu. Aku sudah bertemu dengannya, dia ingin bertanya mengenai kegiatan kami besok” balas Naruto cengengesan.
“Apa kau tak ada kegiatan hari ini, Naruto-kun?”
“Tidak, karena aku datang kesini____” Naruto menghentikan kata-katanya dan kemudian dia mendekatkan wajahnya pada wajah Hinata. Sontak Hinata menahan napasnya.
“Aku ingin mengajak mu keluar” kata Naruto berbisik pelan hanya mereka berdua yang bisa mendengarnya.
Hinata terbelak mendengar pernyataan Naruto, dia menatap tak percayanya.
“Apa kau kira aku bercanda?” tanya Naruto memahami maksud tatapan HInata.
“Aku tak di izinkan keluar dari rumah sakit” kata Hinata terdengar menyesal.
“Kata siapa kita akan meminta izin?” Naruto memasang tampang licik di iringi seringai evil.
“Naruto!” bentak Hinata pelan.
“Aku harus pergi lagi, nanti malam saat bulan beranjak naik aku akan datang menjemputmu”
Dunia serasa berhenti berputar dan semua isinya berhamburan kemana-kemana, begitulah sekiranya gambaran perasaan yang Hinata rasakan saat ini. campur aduk, dan berantakan!
…………………………………………….
Seperti yang sudah di janjikan Naruto saat bulan beranjak naik dia akan datang menjemput Hinata. Dan seperti yang kita lihat saat ini Hinata tengah duduk penuh cemas dan harap menanti Naruto datang. Sempat terpikirkan di dalam benaknya kalau Naruto tidak datang seperti apa yang dia janjikan, namun dia tepiskan semua itu, dia membuat dirinya percaya kalau Naruto akan menepati janjinya.
Bulan perlahan-lahan beranjak naik ke peraduannya seiring dengan suara bising dari koridor-koridor rumah sakit, sepertinya mereka tengah mengejar seseorang. Copet mungkin atau maling. Tapi mana ada maling atau copet di rumah sakit.
“Kejar dia, jangan sampai dia lolos lagi!” terdengar suara teriakan tepat didepan pintu kamarnya.
“BAKA!”
Hinata agak kaget mendengar suara yang barusan, suara itu sangat dia kenal tapi siapa dan di mana di pernah mendengar suara itu?
“Gaara! Tunggu, kemana dia pergi?” lagi suara yang lain menyusul suara yang pertama.
“Gaara?” bukannya itu teman Naruto, dan suara itu sepertinya milik Kiba. “Siapa yang mereka kejar?” tanya Hinata dalam hati seraya berjalan mendekati pintu kamarnya dan membukanya.
Dia melihat ke sekeliling koridor tak ada siapa-siapa, sepertinya mereka berlari sudah cukup jauh karena dia tak sempat menemukan siapa-siapa di depan pintu kamarnya lagi.
Bruk!
Plentong!
“Ittai!”
Hinata kembali terkejut, dia segera berbalik ke arah dalam kamarnya saat dia mendengar suara berisik dari kamarnya.
“Go, gomen ne Hinata-chan”
Apa yang dia lakukan? Kenapa harus masuk lewat jendela lagi sih?!
“Naruto-kun?! Kenapa tak lewat pintu?” tanya Hinata heran melihat Naruto duduk di bawah jendela sambil mengelus-elus lututnya yang kesakitan.
“Kebetulan, jendelamu terbuka dan di luar sedang kacau. Aku sengaja pakai jendela kamarmu untuk menghindari mereka” kata Naruto seraya tersenyum lebar, senyum yang dia paksakan.
Hinata pun merasakan keanehan itu, dia merasa ada sesuatu yang salah dengan Naruto. Tapi apa, dan kenapa dia seolah menyembunyikan itu darinya.
“Naruto-kun, apa kau punya masalah?”
Naruto membalas pertanyaan Hinata dengan senyuman khasnya yang membuat HInata makin curiga.
“Bulan makin tinggi, Hinata. Ayo kita pergi, atau mereka akan segera menyadari kepergian kita” ucap Naruto seraya menarik tangan Hinata mendekati jendela.
Hinata hanya pasrah di tarik oleh Naruto, otaknya masih mengolah apa yang dia dengar. “Kepergian kita?” Kenapa bukan “Kepergianmu?” yang dia gunakan.
“Ah, mungkin dia salah membanting lidah” inner Hinata mengakhiri perdebatan logikanya.
Pertama Naruto melompat keluar, di susul Hinata dengan bantuan Naruto. Mereka berjalan mengendap-endap di tepian dinding dan di bawah jendela kamar-kamar yang berada di lantai satu. Mereka berusaha berjalan menghindari tatapan atau berpapasan dengan siapa saja, perlahan menjauh dari gedung rumah sakit dan tinggal sedikit lagi mereka akan tiba di tempat parkiran.
Satu langkah, dua langkah dan____
Bhuk!
“Ada apa Naruto-kun?” tanya Hinata saat Naruto berhenti tiba-tiba begitu menabrak sesuatu.
Wajah Naruto memucat melihat sosok yang saat ini berdiri didepannya, sosok itu berdiri menatap mereka dengan tatapan membunuh dari balik kacamatanya.
“Sh, Shino?!”
“Apa kau berencana kabur dari kami Naruto?!” suara sosok yang ternyata adalah Shino terdengar geram, beberapa ulat piaraannya merayap di dahinya membentuk perempatan mewakili kemarahannya.
“Eeetttoo___, aku____” sumpah hari ini Naruto jadi salah tingkah di depan Shino, sampai dia tidak bisa menjawab pertanyaan Shino yang sangat gampang itu.
“Naruto ingin mengajak ku jalan-jalan, apa tidak boleh?”
Entah, apa yang salah dengan pertanyaan Hinata sampai Shino menatap Hinata dan mengerutkan keningnya. Menyadari ada hal yang tidak baik di sekitarnya, naruto menarik Shino menjauhi Hinata.
“Tunggu sebentar yah, Hinata-chan. Aku ingin bicara sebentar dengan Shino” kata Naruto seraya menarik paksa Shino yang tak ingin menjauh dari Hinata.
Dari jauh Hinata melihat mereka berbicara, dia sendiri tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan dan dia pun tak bisa menebaknya dia hanya bisa menyimpulkan dari apa yang dia lihat.
Hinata melihat Naruto dan Shino mulai bertengkar, Shino tampak sangat marah. Dia sampai mencengkram kerah baju Naruto, sementara Naruto hanya pasrah saja di perlakukan seperti itu.
Akhirnya Shino melepaskan cengkramannya dari kerah baju Naruto dan mendorong Naruto hingga dia terjatuh. Sontak Hinata bergerak mendekati Naruto, namun lanhkahnya kembali tertahan saat Naruto melihat kearahnya, senyumnya. Senyum yang Naruto berikan padanya seperti senyumnya saat malam pertama mereka bertemu di atap, senyumannya seolah ada sesuatu yang hilang dari dirinya.
“Naruto, ada apa sebenarnya dengan dirimu? Kenapa kau samapi seperti itu?” tanya Hinata pada dirinya sendiri. “Aku tak apa jika kita jadi pergi, aku tidak ingin kau di perlakukan seperti itu hanya karena kau mengajak orang penyakitan seperti ku” lanjutnya, iris amethystnya bergetar hebat diantara genangan air matanya melihat Naruto berlutut di depan Shino.
“Jangan, jangan kau lakukan ini untukku. Aku tak bisa menerimanya, Naruto. Aku mohon, jangan kau rerndahkan dirimua karenaku” Hinata tak mampu menahan airmata dan perasaannya yang sakit, sontak dia berlari mendekati Naruto dan memeluk punggung Naruto yang tengah berlutut di depan Shino.
Naruto mengusap pipinya yang basah, dia tida ingin Hinata melihatnya menangis apalagi penyebab dia menangis.
“Cukup, Naruto-kun. Jangan melakukannya lagi” isak Hinata di punggung Naruto, tangisnya makin deras saat dia merasakan tangan Naruto yang dingin, sangat dingin memegang tangannya.
“Tak, apa Hinata. Semua sudah berakhir” kata Naruto seraya meramas tangan Hinata. “Maafkan aku, aku tak bisa memenuhi janjiku padamu” lanjut Naruto terdengar sedih, bahkan suaranya terdengar serak.
“Tidak, Naruto. Aku mohon, jangan jadikan aku sebagai bebanmu. Ku hanya ingin bisa melihat mu, bisa melihatmu itu sudah cukup untukku” kata Hinata makin terisak, hatinya saat ini terasa tersayat melihat naruto seperti ini. Dia mengeratkan pelukannya, seolah dia takut kehilangan sosok yang telah merubah hidupnya.
“Hinata___”
Deg! Deg! Deg!
“Suara apa ini? seperti suara detak jantung. Tapi kenapa suara ini terdengar pelan dan lemas?” batin Hinata saat tangannya merasakan detak jantung naruto dan lagi dia sedikit heran karena tubuh Naruto sanagt dingin.
“Naruto,____” Hinata menghentikan kata-katanya saat dia melihat beberapa kaki datang mendekati mereka. Perlahan Hinata mengangkat wajahnya dan betapa terkejutnya dia saat dia melihat semua teman-teman Naruto mengelilingnya saat ini, mereka semua menatap penuh arti yang sulit dia artikan.
“Ka, kalian____” Hinata kebingungan melihat teman-teman Naruto mengelilinginya tanpa berkata apa-apa, nyalinya sempat menciut namun Naruto segera meremas tangan Hinata memberinya sedikit kekuatan.
“Biarkan Hinata kembali ke kamarnya” Hinata kaget mendengar kata-kata Naruto, apalagi saat pelukannya di lepaskan naruto.
“Na, Naruto-kun____” sungguh, suasana yang di timbulkan oleh teman-teman naruto seolah mengurungnya didalam penjara tanpa uadara membuat dia terasa di cekik.
“Kembalilah ke kamarmu Hinata” Hinata ingin menangis saat dia mendengar suara naruto bergetar, seolah sesuatu yang salah sedang terjadi disini.
Hinata menatap satu persatu wajah teman-teman Naruto yang menatap dingin padanya, seakan membenarkan apa yang di katakan Naruto. Kaki-kaki Hinata bergetar hebat saat dia mencoba berdiri, tangannya masih meremas baju naruto.
“Naruto____”
“PERGILAH, HINATA!”
Sontak pegangan Hinata terlepas dari baju Naruto, dia melangkah mundur saat telinganya menangkap suara Naruto.
“Na, Naruto. Hiks,_____!”
Hinata berlari sambil menangis meninggalkan Naruto yang baru saja membentaknya dengan kasar. Kini tinggal Naruto yang di kelilingi teman-temannya, tatapan matanya seketika kosong.
“Apa kau tahu, apa yang telah kau lakukan ini?!” suara Gaara terdengar menggelegar bagai halilintar membelah bulan.
Naruto masih berlutut, dia terdiam tanpa menjawab pertanyaan Gaara. Semua teman-temannya pun sama terdiam sambil menatap geram pada Naruto.
“Sampai kapan kau akan terus seperti ini?!” tanya Sasuke pelan namun mengandung amarah yang siap meledak.
“Aku____”
Chapter 6 : Rahasia
Author : Kakashy Kyuuga
Disclsimer : Naruto punya om Masashi ^_^
Rate : T
Genre : hurt and romance.
Pairing : Naruhina
Tok! Tok! Tok!
Lagi, Hinata menghentikan kegiatan membacanya. Kali ini dia mulai merasa terganggu dengan suara ketukan itu, siapa lagi yang mengetuk pintu kamarnya, semoga saja dia tidak datang membaw berita yang tak menyenangkan lagi.
Dreeeetttt!
Apa! belum di persilahkan masuk kenapa orang itu malah main masuk saja!
“Hinata, apa kau di dalam?”
Eh, tunggu. Suara itu. “Naruto?”
“Ah, rupanya kau ada di dalam” kata pemilik surai pirang acakan seraya masuk dan langsung duduk di dekat Hinata.
“Tadi Sasuke mencarimu” kata Hinata begitu Naruto mengambil tempat di dekatnya.
“Oh, itu. Aku sudah bertemu dengannya, dia ingin bertanya mengenai kegiatan kami besok” balas Naruto cengengesan.
“Apa kau tak ada kegiatan hari ini, Naruto-kun?”
“Tidak, karena aku datang kesini____” Naruto menghentikan kata-katanya dan kemudian dia mendekatkan wajahnya pada wajah Hinata. Sontak Hinata menahan napasnya.
“Aku ingin mengajak mu keluar” kata Naruto berbisik pelan hanya mereka berdua yang bisa mendengarnya.
Hinata terbelak mendengar pernyataan Naruto, dia menatap tak percayanya.
“Apa kau kira aku bercanda?” tanya Naruto memahami maksud tatapan HInata.
“Aku tak di izinkan keluar dari rumah sakit” kata Hinata terdengar menyesal.
“Kata siapa kita akan meminta izin?” Naruto memasang tampang licik di iringi seringai evil.
“Naruto!” bentak Hinata pelan.
“Aku harus pergi lagi, nanti malam saat bulan beranjak naik aku akan datang menjemputmu”
Dunia serasa berhenti berputar dan semua isinya berhamburan kemana-kemana, begitulah sekiranya gambaran perasaan yang Hinata rasakan saat ini. campur aduk, dan berantakan!
…………………………………………….
Seperti yang sudah di janjikan Naruto saat bulan beranjak naik dia akan datang menjemput Hinata. Dan seperti yang kita lihat saat ini Hinata tengah duduk penuh cemas dan harap menanti Naruto datang. Sempat terpikirkan di dalam benaknya kalau Naruto tidak datang seperti apa yang dia janjikan, namun dia tepiskan semua itu, dia membuat dirinya percaya kalau Naruto akan menepati janjinya.
Bulan perlahan-lahan beranjak naik ke peraduannya seiring dengan suara bising dari koridor-koridor rumah sakit, sepertinya mereka tengah mengejar seseorang. Copet mungkin atau maling. Tapi mana ada maling atau copet di rumah sakit.
“Kejar dia, jangan sampai dia lolos lagi!” terdengar suara teriakan tepat didepan pintu kamarnya.
“BAKA!”
Hinata agak kaget mendengar suara yang barusan, suara itu sangat dia kenal tapi siapa dan di mana di pernah mendengar suara itu?
“Gaara! Tunggu, kemana dia pergi?” lagi suara yang lain menyusul suara yang pertama.
“Gaara?” bukannya itu teman Naruto, dan suara itu sepertinya milik Kiba. “Siapa yang mereka kejar?” tanya Hinata dalam hati seraya berjalan mendekati pintu kamarnya dan membukanya.
Dia melihat ke sekeliling koridor tak ada siapa-siapa, sepertinya mereka berlari sudah cukup jauh karena dia tak sempat menemukan siapa-siapa di depan pintu kamarnya lagi.
Bruk!
Plentong!
“Ittai!”
Hinata kembali terkejut, dia segera berbalik ke arah dalam kamarnya saat dia mendengar suara berisik dari kamarnya.
“Go, gomen ne Hinata-chan”
Apa yang dia lakukan? Kenapa harus masuk lewat jendela lagi sih?!
“Naruto-kun?! Kenapa tak lewat pintu?” tanya Hinata heran melihat Naruto duduk di bawah jendela sambil mengelus-elus lututnya yang kesakitan.
“Kebetulan, jendelamu terbuka dan di luar sedang kacau. Aku sengaja pakai jendela kamarmu untuk menghindari mereka” kata Naruto seraya tersenyum lebar, senyum yang dia paksakan.
Hinata pun merasakan keanehan itu, dia merasa ada sesuatu yang salah dengan Naruto. Tapi apa, dan kenapa dia seolah menyembunyikan itu darinya.
“Naruto-kun, apa kau punya masalah?”
Naruto membalas pertanyaan Hinata dengan senyuman khasnya yang membuat HInata makin curiga.
“Bulan makin tinggi, Hinata. Ayo kita pergi, atau mereka akan segera menyadari kepergian kita” ucap Naruto seraya menarik tangan Hinata mendekati jendela.
Hinata hanya pasrah di tarik oleh Naruto, otaknya masih mengolah apa yang dia dengar. “Kepergian kita?” Kenapa bukan “Kepergianmu?” yang dia gunakan.
“Ah, mungkin dia salah membanting lidah” inner Hinata mengakhiri perdebatan logikanya.
Pertama Naruto melompat keluar, di susul Hinata dengan bantuan Naruto. Mereka berjalan mengendap-endap di tepian dinding dan di bawah jendela kamar-kamar yang berada di lantai satu. Mereka berusaha berjalan menghindari tatapan atau berpapasan dengan siapa saja, perlahan menjauh dari gedung rumah sakit dan tinggal sedikit lagi mereka akan tiba di tempat parkiran.
Satu langkah, dua langkah dan____
Bhuk!
“Ada apa Naruto-kun?” tanya Hinata saat Naruto berhenti tiba-tiba begitu menabrak sesuatu.
Wajah Naruto memucat melihat sosok yang saat ini berdiri didepannya, sosok itu berdiri menatap mereka dengan tatapan membunuh dari balik kacamatanya.
“Sh, Shino?!”
“Apa kau berencana kabur dari kami Naruto?!” suara sosok yang ternyata adalah Shino terdengar geram, beberapa ulat piaraannya merayap di dahinya membentuk perempatan mewakili kemarahannya.
“Eeetttoo___, aku____” sumpah hari ini Naruto jadi salah tingkah di depan Shino, sampai dia tidak bisa menjawab pertanyaan Shino yang sangat gampang itu.
“Naruto ingin mengajak ku jalan-jalan, apa tidak boleh?”
Entah, apa yang salah dengan pertanyaan Hinata sampai Shino menatap Hinata dan mengerutkan keningnya. Menyadari ada hal yang tidak baik di sekitarnya, naruto menarik Shino menjauhi Hinata.
“Tunggu sebentar yah, Hinata-chan. Aku ingin bicara sebentar dengan Shino” kata Naruto seraya menarik paksa Shino yang tak ingin menjauh dari Hinata.
Dari jauh Hinata melihat mereka berbicara, dia sendiri tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan dan dia pun tak bisa menebaknya dia hanya bisa menyimpulkan dari apa yang dia lihat.
Hinata melihat Naruto dan Shino mulai bertengkar, Shino tampak sangat marah. Dia sampai mencengkram kerah baju Naruto, sementara Naruto hanya pasrah saja di perlakukan seperti itu.
Akhirnya Shino melepaskan cengkramannya dari kerah baju Naruto dan mendorong Naruto hingga dia terjatuh. Sontak Hinata bergerak mendekati Naruto, namun lanhkahnya kembali tertahan saat Naruto melihat kearahnya, senyumnya. Senyum yang Naruto berikan padanya seperti senyumnya saat malam pertama mereka bertemu di atap, senyumannya seolah ada sesuatu yang hilang dari dirinya.
“Naruto, ada apa sebenarnya dengan dirimu? Kenapa kau samapi seperti itu?” tanya Hinata pada dirinya sendiri. “Aku tak apa jika kita jadi pergi, aku tidak ingin kau di perlakukan seperti itu hanya karena kau mengajak orang penyakitan seperti ku” lanjutnya, iris amethystnya bergetar hebat diantara genangan air matanya melihat Naruto berlutut di depan Shino.
“Jangan, jangan kau lakukan ini untukku. Aku tak bisa menerimanya, Naruto. Aku mohon, jangan kau rerndahkan dirimua karenaku” Hinata tak mampu menahan airmata dan perasaannya yang sakit, sontak dia berlari mendekati Naruto dan memeluk punggung Naruto yang tengah berlutut di depan Shino.
Naruto mengusap pipinya yang basah, dia tida ingin Hinata melihatnya menangis apalagi penyebab dia menangis.
“Cukup, Naruto-kun. Jangan melakukannya lagi” isak Hinata di punggung Naruto, tangisnya makin deras saat dia merasakan tangan Naruto yang dingin, sangat dingin memegang tangannya.
“Tak, apa Hinata. Semua sudah berakhir” kata Naruto seraya meramas tangan Hinata. “Maafkan aku, aku tak bisa memenuhi janjiku padamu” lanjut Naruto terdengar sedih, bahkan suaranya terdengar serak.
“Tidak, Naruto. Aku mohon, jangan jadikan aku sebagai bebanmu. Ku hanya ingin bisa melihat mu, bisa melihatmu itu sudah cukup untukku” kata Hinata makin terisak, hatinya saat ini terasa tersayat melihat naruto seperti ini. Dia mengeratkan pelukannya, seolah dia takut kehilangan sosok yang telah merubah hidupnya.
“Hinata___”
Deg! Deg! Deg!
“Suara apa ini? seperti suara detak jantung. Tapi kenapa suara ini terdengar pelan dan lemas?” batin Hinata saat tangannya merasakan detak jantung naruto dan lagi dia sedikit heran karena tubuh Naruto sanagt dingin.
“Naruto,____” Hinata menghentikan kata-katanya saat dia melihat beberapa kaki datang mendekati mereka. Perlahan Hinata mengangkat wajahnya dan betapa terkejutnya dia saat dia melihat semua teman-teman Naruto mengelilingnya saat ini, mereka semua menatap penuh arti yang sulit dia artikan.
“Ka, kalian____” Hinata kebingungan melihat teman-teman Naruto mengelilinginya tanpa berkata apa-apa, nyalinya sempat menciut namun Naruto segera meremas tangan Hinata memberinya sedikit kekuatan.
“Biarkan Hinata kembali ke kamarnya” Hinata kaget mendengar kata-kata Naruto, apalagi saat pelukannya di lepaskan naruto.
“Na, Naruto-kun____” sungguh, suasana yang di timbulkan oleh teman-teman naruto seolah mengurungnya didalam penjara tanpa uadara membuat dia terasa di cekik.
“Kembalilah ke kamarmu Hinata” Hinata ingin menangis saat dia mendengar suara naruto bergetar, seolah sesuatu yang salah sedang terjadi disini.
Hinata menatap satu persatu wajah teman-teman Naruto yang menatap dingin padanya, seakan membenarkan apa yang di katakan Naruto. Kaki-kaki Hinata bergetar hebat saat dia mencoba berdiri, tangannya masih meremas baju naruto.
“Naruto____”
“PERGILAH, HINATA!”
Sontak pegangan Hinata terlepas dari baju Naruto, dia melangkah mundur saat telinganya menangkap suara Naruto.
“Na, Naruto. Hiks,_____!”
Hinata berlari sambil menangis meninggalkan Naruto yang baru saja membentaknya dengan kasar. Kini tinggal Naruto yang di kelilingi teman-temannya, tatapan matanya seketika kosong.
“Apa kau tahu, apa yang telah kau lakukan ini?!” suara Gaara terdengar menggelegar bagai halilintar membelah bulan.
Naruto masih berlutut, dia terdiam tanpa menjawab pertanyaan Gaara. Semua teman-temannya pun sama terdiam sambil menatap geram pada Naruto.
“Sampai kapan kau akan terus seperti ini?!” tanya Sasuke pelan namun mengandung amarah yang siap meledak.
“Aku____”
Bersambung ....~~~
Jangan Lupa Like Share Follow Twitter Dan Menjadi Member di blog ini Untuk Mengetahui Posting terbaru dari Blog ini Dengan cara menekan tombol Join This site Oke ...
0 comments:
Post a Comment