Thursday, July 18, 2013

Fanfict low my imagination Chapter 7



Judul : Matahariku
Chapter 7 : Takdir kita
Author : Kakashy Kyuuga
Disclsimer : Naruto punya om Masashi ^_^
Genre : hurt and romance.
Pairing : Naruhina

Malam berlalu dengan lambat, jarum detik seolah tengah berlomba dengan siput super lelet membuat waktu seakan mati, angin pun sepertinya enggan hinggap di jendelanya. Mataya sembab karena menangis, suara sesegukan terdengar menyayat.

Tapi kenapa tangis Hinata kembali pecah? Kenapa dia menangis sampai sesedih itu?

Takut, dia merasa takut. Dia takut kematiannya makin dekat, bukan karena dia takut akan kematian yang sudah di vonis padanya. Tapi dia takut jika dia tak bisa melihat Naruto lagi, dia takut jika besok dia tak bisa melihat Naruto. Dia takut jika dia menghabiskan hidupnya tanpa bisa melihat naruto di akhir hidupnya.

Tangis Hinata makin menjadi, suara isakannya pun tak bisa dia tahan lagi. Dia membiarkan suara tangis memecah kesunyian kamarnya yang memang selalu sunyi, dia membiarkan suara tangisnya keluar agar Naruto bisa mendengarnya. Agar Naruto tahu betapa hatinya saat ini sangat hancur.

“Naruto, aku takut. Aku takut saat tiba waktu aku tak bisa bertemu denganmu, Naruto dengarlah. Dengarlah rintihan hati ku ini, aku hanya ingin bisa melihatmu, melihat senyummu yang telah merubahku”.

Naruto, dimana kau saat ini? dimana kau saat Hinata membutuhkan pelukanmu, dimana kau saat Hinata membutuhkan senyummu yang mampu membuat dia tenang?! Naruto, dengarlah ratapan Hati Hinata ini.

Naruto____.
……………………………………………..

Ruang VIP terlihat tegang, semua yang ada terdiam dengan pikiran masing-masing. Sasuke melipat tangannya tanpa melepaskan tatapannya dari Naruto, Gaara memejamkan matanya mencoba meredam amarahnya, Shikamaru bersimedi di slah satu sofa, Shino lebih memilih bermain dengan serangganya, Sai menatap satu persatu yang ada di dalam ruang VIP dengan tatapan sedih, Kiba menyandarkan punggungnya di sofa atau bisa dibilang saat ini dia tengah tertidur, sementara Lee terus menepuk pundak Naruto mencoba memberinya semangat meski dia tau itu percuma.

“Lihat dirimu, sekarang!” Sasuke memecah keheningan di dalam ruang VIP. “Apa kau sadar dengan apa yang kau lakuka?” lanjut Sasuke seraya membuang wajahnya dari Naruto.

Semua diam, termasuk Naruto. Dia tak ingin membuat keadaan semakin rumit dengan pembelaan dari dirinya, itulah makanya dia memilih diam.

“Apa yang kami lakukan ini bukan karena kami tak sayang padamu, tapi semua ini demi dirimu. Kami tak ingin kau kenapa-kenapa” tambah Lee.

Bhuak!

Suara pitu di buka dengan kasar menghentakan suasana tegang di dalam ruang VIP matahari, seorang wanita setengah baya bersurai pirang di kucir dua masuk di ikuti seorang wanita bersurai hitam sebahu.

“Tsuade-sama!” Seketika wajah Naruto berubah kesal melihat wanita itu masuk, apalagi wanita itu melangkah dengan capat ke aran Naruto dan kemudian mencengkram kerah baju Naruto.

“Setelah ini kau tak akan ku lepaskan!”

…………………………………..

Di ruangan dokter Tsunade, Naruto duduk dengan santainya sambil menggoyanh-goyangkan kursi pasien yang biasa digunakan untuk memeriksa pasien. Seorang wanita cantik bersurai pirang berkucir menatap kesal padanya, sudah lebih dari sepuluh perempatan mendarat didahinya.

“Apa kau mendengarku, Naruto!” suara sang dokter meninggi.

“Iya, iya. Aku dengar, nek!” balas Naruto makin malas sambil mengorek-ngorek telinganya..

“Setelah ini kau akan dalam pegawasaku, aku tidak akan membiarkan mu berkeliaran sembarangan di rumah sakit ini!”

“Nande, obaa-chan?! Ini kan rumah sakit mu, kenapa aku tak boleh berkeliaran di rumah sakit nenek ku sendiri?!” Tanya Naruto tak terima.

Plak!

Tsunade memukul meja hingga beberapa lembar kertas berhamburan di atas meja kerjanya.

“Kau terlalu banyak bacot, diam dan laksanakan semua peritaku, Naruto!”
Naruto menghentikan aksi menggoyang-goyangkan kursinya, dia menunduk seulas senyuman terukir di wajahnya.

“Semua orang pasti akan mati, seperti kaa-chan dan tuo-chan. Aku pun akan menyusul mereka, entah kapan dan bagaimana itu akan terjadi”

Suara detakan sepatu berderu di ruangan tsunade, Naruto tercekat karena tangannya tiba-tiba ditarik dan tersentak dia berdiri, matanya melebar dan napasnya ikut tertahan.

“Kau jangan asal bicara sembarangan, siapa yang akan membiarkan mu mati, heh? Aku adalah nenekmu, dan kau adalah satu-satunya keluargaku yang ditinggalkan oleh ayahmu. Meski malaikat maut mengancungkan sabitnya di leherku, aku tak akan membiarkan mu mati!” suara Tsunade bergetar memeluk Naruto.

Naruto tertawa pela dalam peluka nenekya, dia tertawa.

“Apa yang kau tertawakan, baka?!”

“Nenek berbuat seolah aku ini akan mati saja” ucap Naruto di sela suara tawanya yang terdengar hambar.

“Kata siapa kau akan mati, bodoh?” jawab Tsunade terdengar berat.

Naruto tersenyum kecut mendengar jawaban neneknya, iris biru safirnya tertahan pada beberaa kertas yang berhamburan di atas meja kerja Tsunade, iris biru safirnya membulat ketika dia membaca sederetan kalimat di kertas yang bertuliskan nama Hinata. Iris biru safirnya menatap tak percaya dengan apa yang dia lihat. Kini matanya beralih ke kertas yang lain tak jauh dari milik Hinata, perlahan tangannya menarik lembaran kertas itu di keatas meja tanpa sepegetauan neneknya.

………………………………………

Setelah merasa cukup jauh dari ruangan Tsunade, Naruto membuka dan membaca lembaran kertas yang sempat dia ambil di meja kerja neneknya. Matanya bergerak cepat membaca sederetan data di lembaran kertas itu, dia menatap tak percaya pada helaian kertas ditangannya.

Dia membacanya berulang dan memastikannya berkali-kali informasi yang dia baca hingga kertas itu kusut. Naruto tampak syok berat, pergelangan kaki-kakinya melemas seketika dan membuat dia berlutu dengan lemas.

“Hi-Hinata, mengapa? Mengapa ini terjadi padamu?!”

Bhuuuaaaakkk!

Dia melampiaskan amarahnya pada dinding, entah pada siapa dia marah. Tangannya yang bergetar meramas kertas itu, hingga tak berbentuk.

“Aku tak menyangka, kau mengindap kangker stadium akhir. Hinata, apa yang harus aku lakukan? Aku sudah berjanji tak akan membuatmu menangis lagi, dan aku sudah berjanji tak akan meninggalkan mu sendiri. Jika seperti ini bagaimana aku bisa menepatinya?” runtuk Naruto.

Berkali-kali dia meninju dinding yang tak bersalah didepannya, dia memukul sebayak pertanyaan yang dia tak tahu jawabaya.

……………………………………….

Naruto menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kamar Hinata di rawat, melalui jendela kaca kecil yang terpasang di pintu kamar Hinata, dia melihat Hinata yang tengah melamun memandang lapangan rumah sakit yang sunyi di bawa temaram cahaya bulan.

Deg! Deg! Deg!

Detak jangtung Naruto mulai terdengar tak teratur, detakannya lebih cepat dari biasanya. Dia meremas dadanya mencoba menenangkan detakan jantugnya, tapi tidak bisa. Detakan jantungnya terus meningkat hingga membuat darah naik dengan cepat ke kepalanya, Naruto berlari meninggalkan pintu kamar HInata dengan meninggalkan suara debaman langkah kakinya yang terdengar teratur.

……………………………………

Waktu masih berputar seperti biasanya meninggalkan semua yang melalaikannya, waktu masih berjalan menyanyikan detingan detik menyusuan irama penuh penantian. Hinata terbaring lemah di atas rajangnya, semanjak kejadian malam itu kondisi Hinata menurun. Tubuhnya makin kurus, kangker darah yang deritanya semakin parah meski tiap minggunya dia selalu saja melaukan pencucian darah.

Iris amtehysnya menatap hampa langit-langit kamarnya, selama tiga hari ini Naruto tak pernah datang mengunjunginya. Dia merasa kesepian, selain kakaknya yang tak pernah datang menjenguknya, Narutolah satu-satunya harapan dia bertahan. Karena Naruto telah berjanji akan selalu datang menjenguknya.

Tapi kenapa selama tiga hari ini naruto tak pernah datang? Apa dia telah melupakan janjinya? Atau mungkin dia mendapat masalah karena mencoba membawa keluar Hinata? Angin berhembus pelan masuk melalui jendela kamarnya yang sengaja dia buka sepanjang waktu, Dia berharap Naruto akan datang dengan tiba-tiba melompati jendela kamarnya dengan tawanya yang hangat,tapi selama tiga hari ini hal itu tak pernah terjadi.

“Naruto___” suara Hinata terdengar pelan memanggil nama Naruto.

“Kau masih menunggunya?” Hinata tersenyum simpul mendengar pertanyaan Sakura.

“Aku takut dia mendapat masalah karenaku”

“Dia baik-baik saja, Hinata. Mungkin dia sedang sibuk dengan pekerjaannya. Kalau bukan hari ini, pasti besok dia akan datang menjengukmu” kata Sakura mencoba menghibur Hinata yang makin murung.

“Baiklah, Hinata. Ini saatnya kau melakukan pemeriksaan” lanjut Sakura seraya membantu Hinata bangun.

………………………………………

Di ruang doker Tsunade.

Iris amethyst Hinata liar kesana kemari mencoba mencari hiburan selama dokter Tsunade sibuk memeriksa berkasnya. Matanya menangkap beberapa lembar kertas di dalam map yang setengah terbuka di atas meja kerja Tsuade, map itu memang diabaikan oleh Tsunade karena dia tengah focus pada berkas-berkas Hinata.

Untuk sekedar mengusir rasa jenuhnya, Hinata mencoba membaca file kertas itu.
“Uz____”

“Maaf, membuatmu menunggu”

Serentak Hinata menatap dokter Tsunade yang sudah selesai memeriksa berkasnya, saat dia kembali mencoba membaca nama di file kertas itu dengan cepat dokter Tsunade menutupnya kembali.

…………………………………………..

Sakura mendorong kursi roda Hinata dengan pelan melewati koridor-koridor rumah sakit yang sudah sunyi, mereka saling berdiam diri dengan pikiran mereka masing-masing. Hinata sudah tahu hasil pemeriksaan yang di lakukan dokter tsunade, dia sudah bisa meramalkannya.

Memang akhir-akhir ini kondisinya makin melemah, itu bisa dia rasakan setelah kejadian malam itu. Di tambah lagi kakaknya tak pernah datang menjenguknya atau pun hanya sekedar menyapanya melalui alat komunikasi.

Dia tahu apa yang di katakan dokter hanya sekedar penghibur selama perjalanan menuju kematiannya, dia tahu dokter Tsunade tengah membohonginya. Bahkan firasat itu, firasat shinigami yang tengah mengintainya menunggu saatnya untuk mencabut nyawanya sudah bisa dia rasakan.

Jadi, apa yang dia takutkan sekarang? Dia takut mati dalam kesepian, dia takut mati sebelum melihat Naruto.

Jadi, Naruto. Dimana kamu sekarang?!

Bersambung .... ~

Jangan Lupa Like Share Follow Twitter Dan Menjadi Member di blog ini Untuk Mengetahui Posting terbaru dari Blog ini Dengan cara menekan tombol Join This site Oke ...

0 comments:

Post a Comment